Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning

Penulis : Annisa Mirta Indriana, Mahasiswi dari UIN Raden Fatah Palembang, Jurusan PGMI 05

 

**Meningkatakan Keterampilan Belajar IPA di SD.

Sudah kita ketahui kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya yaitu (KBK dan KTSP). Dan dalam kurikulum 2013 penilaian sikap dimasukkan dalam Komptensi inti (KI) yaitu KI 1 (Nilai Spiritual) K2 (Nilai Sosial). Sementara keterampilan terdapat pada KI 3 dan KI4. Selain menerapkan penilaian yang imbang antara nilai sikap, pengetahuan, pengetahuan dan keterampilan.

Ada beberapa model pembelajaran yang sesuai untuk diterapkan dalam kurikulum 2013 ini, di antaranya Discovery Learning, Problem Based Learning, Contextual Teaching and Learning (CTL), PMRI, Saintifik, dan Project Based learning. Sebagai seorang guru, hendaknya mampu mendesain dan memilih model pembelajaran yang sesuai dengan tema dan kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh peserta didik. Model pembelajaran yang kita pilih juga hendaknya disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan peserta didik.

Kali ini, saya Annisa Mirta Indriana, Mahasiswi dari UIN Raden Fatah Palembang, Jurusan PGMI 05 Telah melakukan observasi di MI Assegaf Palembang. Dimana dalam kegiatan observasi tersebut saya berkesempatan untuk melihat dan mengamati proses kegiatan belajar para peserta didik di MI Assegaf Palembang Kelas V C Pelajaran IPA. Saat itu guru mata pelajaran tersebut memilih untuk menerapkan salah satu model pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning). Materi Pembelajarannya adalah “Cahaya dan Sifat-Sifatnya.”

Setelah mengecek kesiapan siswa untuk belajar, Guru memulai pembelajaran dengan memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang akan di bahas, guru bertanya kepada siswa pernakah mereka menggunakan senter di rumah? Pernakah Mereka memperhatikan cahaya yang dihasilkan dari senter?
Siswa sangat antusias dan jawaban yang mereka berikan pun sangat beragam.

Kemudian guru membagi siswa dibagi menjadi 4 kelompok dengan satu kelompoknya berjumlah 8 orang. Setelah itu guru membagi LKS kepada siswa yang isinya adalah langkah kerja dari kegiatan praktikum yang nanti dilakukan.

Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang kegiatan praktikum yang akan dilakukan serta alat dan bahan yang akan dibutuhkan. Setelah itu siswa melakukan kegiatan eksperimen untuk menyelidiki sifat-sifat cahaya. Alat dan bahannya adalah: 4 buah senter (untuk masing-masing kelompok), kaca dan cermin.

Kemudian masing-masing kelompok mulai melakukan percobaan, melalui bimbingan dan pengawasan guru siswa mencoba mengarahkan senter pada cermin dan kaca, anggota kelompok lainnya mengamati dengan seksama, mereka mencatat hasil dari eksperimen tersebut.

Ada siswa yang bilang “Buk senter yang di cermin kok kena muka ku buk ya, tapi yang ke kaca enggak buk!” setelah melakukan eksperimen anggota kelompok berdiskusi menentukan hasil dan kesimpulan dari eksperimennya.

Lalu guru mengajak siswa untuk membahas dan melakukan tanya jawab tentang hasil diskusi kelompok yang telah mereka lakukan, dan hasilnya beragam. Salah satu hasil diskusi kelompok yang saya ingat adalah bahwa sifat cahaya itu sifatnya menyilaukan, dan memantulkan jika di arahkan ke cermin dan cahaya bisa menembus kaca jika kacanya bening.

Setelah membahas hasil diskusi kelompok, guru memberikan kesimpulan kepada siswa tentang beberapa sifat cahaya berdasarkan hasil eksperimen yang telah dilakukan, yaitu cahaya yang dapat dipantulkan jika mengenai permukaan yang licin, rata dan mengkilap (Cermin memanulkan cahaya) atau yang disebut pemantulan teratur. Dan cahaya memiliki sifat dapat menembus benda bening seperti air, kaca, akuarium atau benda-benda bening lainnya.

Penggunaan model Contextual Teaching and Learing (CTL) khususnya dalam pembelajaran IPA di SD ini akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar aktif dengan melakukan atau mengalami langsung kegiatan yang mengarah pada penemuan materi IPA.

Dengan demikian pengetahuan yang didapat siswa adalah hasil temuannya sendiri sehingga akan bertahan lebih lama dalam ingatannya, lebih mudah dipahami, dan lebih bermakna bagi siswa.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *