photo : Direktur RSUD Kayuagung Dr T Mirda bersama dinkes bersama kominfo menggelar konfrensi pers beberapa waktu lalu.
Radar Sriwijaya (OKI),- Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kayu Agung Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) Sumatera Selatan (Sumsel), menjadi salah satu dari 132 rumah sakit rujukan penanggulangan penyakit infeksi emerging tertentu Covid-19 di Indonesia.
Kendati sudah ditetapkan melalui surat Keputusan Menteri Kesehatan HK.01.07/MENKES/160/2020, rumah sakit terbesar di Kabupaten OKI harus berhadapan dengan terbatasnya stok alat pelindung diri (APD).
Sarana penunjang ini, dibutuhkan tim medis sebagai pelindung dari penularan wabah dari pasien yang tengah dirawat.
Direktur RSUD Kayuagung Mirda T Zulaikha mengungkapkan, kondisi ini dinilai mengkhawatirkan dan beresiko bagi tim medis yang menangani pasien Covid-19.
“Di tengah penularan Covid-19 yang berkembang masif, kebutuhan sarana medis sangat krusial dibutuhkan bagi kami. Terlebih lagi, sebagai rumah sakit rujukan,” katanya, Rabu (17/3/2020).
Sejauh ini, logistik rumah sakit cuma mencukupi untuk beberapa hari kedepan.
Mirda merincikan, APD berupa baju pelindung anti virus hanya tersisa 20 set, stok masker terdiri dari 3 jenis dan Hand Sanitizer diperkirakan hanya bisa digunakan untuk 3 hari kedepan.
“Hanya stok kacamata dan sepatu boot yang terbilang aman. Termasuk stok sabun yang bisa diganti dengan sabun yang dijual di pasaran,” ucapnya.
Untuk kesiapan logistik diakuinya sulit didapat, karena keterbatasan produksi pabrik di Indonesia.
Sedangkan pasokan produksi luar negeri semakin berkurang, karena beberapa negara sudah memberlakukan lock down.
“Kekurangan pasokan tersebut kami komunikasikan secara intens. Koordinasi dengan kawan-kawan Kemenkes seksi rujukan untuk meminta bantuan sebagai rumah sakit rujukan. Masalah ini adalah kesulitan kita bersama,” ungkapnya.
Di sisi lain, Mirda mengaku mencoba menghubungi penyedia jasa sebagai solusi dari ketergantungan kiriman pemerintah.
Namun, wanita berhijab tersebut menututkan, keluhan yang dialami hampir sama, sulitnya memenuhi kebutuhan secara nasional yakni kekurangan stok APD.
“Memang ada penawaran dari supplier lainnya. Tetapi kita harus lebih cermat menentukan pilihan agar terhindar dari barang palsu sebagaimana telah terungkap kasus pemalsuan terutama masker,” ucapnya.
Kendati belum memenuhi standar, digunakan bekas baju operasi yang dapat dicuci.
Pemenuhan kebutuhan baju pelindung tersebut sedikit lebih baik daripada pelayanan medis harus terhenti akibat ketiadaan stok.
“Daripada pelayanan terhenti sama sekali, mengharuskan kami memilih memakai baju bekas operasi yang telah dicuci secara higienis,” katanya.(den)