Radar Sriwijaya, Jakarta – Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Musdhalifah Machmud mengajak seluruh stakeholders sawit nasional untuk menyiapkan strategi kampanye positif dan program diplomasi minyak sawit Indonesia yang berkelanjutan di arena internasional.
“Saat ini industri kelapa sawit Indonesia menghadapi berbagai tantangan. Salah satu tantangan yang dihadapi saat ini adalah negative campaign dan kebijakan diskriminatif yang berasal dari luar negeri seperti yang terjadi di Uni Eropa,” katanya dalam sambutanya pada Seminar bertajuk ‘Dinamika dan Perkembangan Terkini Terkait Minyak Sawit dan Minyak Nabati Lain di Uni Eropa’ Rabu (11/05).
Adanya pandemi Covid-19, kegagalan panen karena faktor iklim, ditambah dengan perkembangan geopolitik yang terjadi di kawasan Eropa telah menyebabkan disrupsi di pasar minyak nabati dunia khususnya Uni Eropa.
Seperti diketahui bahwa Rusia dan Ukraina merupakan negara produsen minyak biji bunga matahari (sunflower oil), konflik diantara kedua negara tersebut menyebabkan kelangkaan pasokan minyak bunga matahari di beberapa negara anggota Uni Eropa. Hal-hal tersebut merupakan tantangan dan sekaligus peluang yang harus disikapi secara tepat oleh Indonesia sebagai produsen terbesar minyak kelapa sawit di dunia.
“Kelapa sawit ini sangat penting untuk negara kita. Buktinya begitu harga kelapa sawit tinggi dan ada isu minyak goreng, reaksi masyarakat sedemikian besarnya. Mulai sekarang kita harus mulai membangun dari bawah. Membangun suasana yang stabil dari hulu sampai hilir,” ungkapnya.
Dengan memperhatikan dinamika serta situasi terkini baik di dalam maupun luar negeri yang mempengaruhi pasar minyak nabati dunia terutama beberapa kebijakan terkait dengan minyak sawit di beberapa negara Uni Eropa, diperlukan penyamaan narasi bersama seluruh stakeholders sawit nasional untuk menyiapkan strategi kampanye positif dan program diplomasi minyak sawit Indonesia ke dunia internasional. (bram/rel)