Radar Sriwijaya (OKI) – Menjelang pelaksanaan Pilkada OKI 27 Juni 2018 mendatang, sejumlah manuver politik mulai bermunculan untuk menggiring opini publik terhadap suatu kandidat, mulai dari visi, misi dan gagasan termasuk juga menjadikan isu sara sebagai upaya untuk menjatuhkan lawan.
Beragam manuver politik ini semakin kental terasa setelah beberapa calon mendapat surat rekomendasi dari partai pengusung, masing-masing kandidat melalui tim pemenangan mulai mengadu strategi agar popularitas dan elaktabilitas kandidatnya semakin menanjak dan begitu juga sebaliknya terhadap lawan politik, Isu sara mulai muncul menjadi salah satu ” senjata ” yang digunakan.
Upaya tersebut tidak hanya dilakukan secara langsung, tetapi juga melalui sosial media yang merupakan ruang strategis dan ampuh untuk “berjualan” berbagai produk pilkada 2018.
Ketua Ikatan Keluarga Besar Alumni Aliansi Mahasiswa Pantai Timur (IKBA AMPATI) Abulaka Archaida (AA), sangat menyayangkan jika fenomena Pilkada Jakarta akan di bawa ke dinamika Pilkada OKI 2018.
Menurutnya, Ada salah satu tim sukses dengan terang-terangan membuat status di media sosial jangan memilih beda agama. Hal itu jelas sekali bahwa ada tim sukses salah satu calon ingin menggiring masyarakat untuk tidak memilih calon tertetntu dengan menggunakan isu agama.
“Kami sangat menyayangkan jika ada tim sukses menjual isu agama demi memperjuangakan calon mereka dan mencari dukungan masyarakat. Menggiring pilihan masyarakat dengan isu agama, bagi kami itu bukan langkah politik yang dewasa dan mendidik masyarakat. Jangan jual isu agama demi kepentingan politik, turun nilai agama jika hanya dibicarakan dalam konteks pilkada saja. Agama seharusnya diperjuangkan dalam kehidupan sehari-hari melalui membantu atas sesama, memberikan bekal pelajaran agama kepada generasi muda serta melaksanakan tugas dan menjahui segala larangan-Nya,” jelas Abulaka dalam rilisnya kepada redaksi radarsriwijaya.com, dari Kota Pelajar Yogyakarta, Senin (13/11/2017).
Lanjut Abulaka, janganlah fenomena Pilkada Jakarta di bawa ke OKI, cukup hanya terjadi di Jakarta saja menghalalkan segala cara untuk meraih kemenangan termasuk menjual isu agama. Nampak sangat jelas dinamika Pilkada Jakarta meninggalkan luka berkepanjangan – masyarakat Jakarta masih terpecah-pecah dan terlihat belum bisa menyatu lagi karena isu SARA sangat kental di proses Pilkada.
Apakah kita menginginkan masyarakat OKI terpecah juga hanya untuk sekedar memperjuangkan calon masing-masing.
“Mari kita berpikir rasional dan hati dingin, kita tengok dampak Pilkada Jakarta, menimbulkan perpecahan berkepanjangan karena isu agama dijual untuk kepentingan kampanye. Jika fenomena itu terjadi di OKI tentu kita semua tidak menginginkan ada perpecahan di antara masyarakat hanya karena soal politik. Kami berharap semua masyarakat dan tim sukses mengakhiri bawa isu agama ke dalam proses Pilkada,” tegas Abulaka yang juga Ketua Umum Jaringan Pemuda Nusantara.
Abulaka menutup pernyataan dengan menitipkan pesan dan harapan kepada semua tim sukses agar bersaing dengan fair agar terlihat berkualitas pilkada OKI 2018 nanti. Pesta demokrasi yang digelar hanya 5 tahun sekali itu bukan hanya proses pergantian pemimpin, tapi juga sebagai ajang pembelajaran politik bagi masyarakat OKI.
Jika tim sukse tidak memberikan teladan politik yang baik lantas masyarakat akan belajar dari siapa. Perlu dipahami bahwa tim sukses selain mempunyai tugas memenangkan calon juga memiliki fungsi sebagai aktor yang memberikan pelajaran politik kepada masyarakat.
“Pilkada bukan hanya proses pergantian pemimpin, tapi juga media pembelajaran politik bagi masyarakat. Semua tim sukses jangan melupakan tugas Parpol yang tertuang dalam undang-undang, yaitu salah satunya memberikan pendidikan politik kepada masyarakat. Bertarunglah secara sehat, biar terlihat berkualitas, ayolah semua tim sukses beradu visi misi dan program kerja agar masyarakat memilih karena kualitas bukan doktrin,” pungkas Abulaka penuh harap.(rel)