Radar Sriwijaya – Banyaknya anak di bawah umur yang diamankan aparat kepolisian karena terlibat aksi krimnalitas dan peremanisme, hal ini diduga kuat karena kemiskinan dan kurangnya perhatian orang tua, hal itu yang menjadi pemicu mudahnya anak terlibat kriminalitas.
Seperti yang disampaikan Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Sumsel, Romi Apriansyah. Menurutnya kemiskinan dan minimnya perhatian orang tua, membuat anak akan bergaul bebas. “Dalam pergaulan inilah, anak tersebut bisa dengan mudah terlibat dalam aksi kriminalistas dan premanisme, apalagi ekonomi orang tuanya tergolong kurang mampu,” katanya, Selasa (24/7/2018).
Dia berharap pihak sekolah juga ikut berperan aktif dalam mengawasi perilaku siswanya.
“Kita juga imbau supaya pihak sekolah sering melakukan razia pada siswanya, mungkin saja ada anak yang biasa membawa sajam atau narkoba, dan sebagainya yang bisa memicu mereka berbuat kriminal. Saat di luar sekolah, maka peran orang tua sangat penting untuk mengawasi pergaulan anak-anaknya,” imbaunya.
Romi menilai, sejauh ini prilaku anak di bawah umur yang terlibat tidak pidana kejahatan di Kota Palembang cenderung menurun. Namun tingkat perbuatan terlihat mencolok, karena terlibat kasus-kasus besar. Seperti narkoba dan kejahatan jalanan (begal).
“Kasus kekerasan yang melibatkan anak itu memang masih banyak, tapi dari data kita cenderung menurun. Justru di KPAI itu paling banyak kasus orang dewasa yang melibatkan anak-anak dan tentu ini sangat tidak bagus untuk perkembangan anak,” ujarnya.
Untuk kasus narkoba, anak-anak ini sudah mulai tersentuh sebagai korban maupun pelaku. “Tentu kami prihatin dengan hal ini, sekolah ini juga harus berperan aktif. Jangan sampai lengah, nanti ini jika dibiarkan akan semakin meluas,” ujarnya.
Selain itu polisi juga diminta untuk lebih tegas terhadap pelaku kejahatan yang melibatkan anak-anak dibawah umur. Apalagi kalau perbuatan yang dilakukan oleh anak-anak itu sudah mengarah pada perbuatan orang dewasa. (den)