KAYUAGUNG – Sebagai negara maritim terbesar di Asia, Kerajaan Sriwijaya memiliki banyak bandar (kota pelabuhan). Akan tetapi, pelabuhan utama Kerajaan Sriwijaya ternyata berlokasi di Teluk Cengal, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI).
“Itu sesuai hasil penelitian terbaru dari arkeolog. Teluk Cengal adalah lokasi ditemukannya pelabuhan utama Kerajaan Sriwijaya,” ungkap Bupati Ogan Komering Ilir H Iskandar SE melalui Kasubbag Media Komunikasi Publik Setda Pemkab OKI, Adiyanto SPd, Selasa (29/8).
Dijelaskannya, lokasi bandar Sriwijaya yang terletak di Teluk Cengal itu berada di Selat Malaka. Lokasi tersebut berhubungan dengan kawasan Tanjung Tapa di Kecamatan Air Sugihan.
“Sangat wajar apabila Tanjung Tapa di Air Sugihan berpotensi menjadi pelabuhan samudera menggantikan Tanjung Api-Api atau Tanjung Carat,” terangnya tadi malam.
Diketahui, Teluk Cengal OKI sebagai lokasi bandar Kerajaan Sriwijaya telah diteliti oleh Nurhadi Rangkuti, Balai Arkeolog DI Yogyakarta. Hasil penelitiannya pertama kali dipublikasikan saat Pertemuan Ilmiah Arkeologi (PIA) XIV, 24-27 Juli 2017 di Bogor, Jawa Barat. Karya ilmiah tersebut juga diunggah ke laman portal Dirjen Kebudayaan Kemdikbud pada 9 Agustus 2017.
Menurut Rangkuti, pesisir tenggara Sumatera (Provinsi Jambi dan Provinsi Sumatera Selatan) kaya dengan bukti-bukti arkeologis masa Sriwijaya di Sumatera (7–13 M). Diuraikannya, hal yang menarik di lahan basah pesisir Teluk Cengal terdapat situs-situs arkeologi proto Sriwijaya atau dikenal dengan istilah situs pra Sriwijaya.
Salah satu lokasi situs yang penting untuk dikaji lebih lanjut adalah situs-situs yang terdapat di Desa Ulak Kedondong dan sekitarnya di daerah aliran Sungai Lumpur di Kecamatan Cengal. Kawasan Teluk Cengal memiliki potensi yang besar sebagai lokasi pelabuhan antara, ditinjau dari posisi kawasan itu yang berada di persimpangan jalur maritim antara Selat Bangka, Laut Jawa dan Selat Sunda.
Berperan sebagai entreport atau pelabuhan utama di Asia Tenggara, dengan mendapatkan restu, persetujuan, dan perlindungan dari Kaisar Cina untuk dapat berdagang bebas, Kerajaan Sriwijaya senantiasa mengelola jejaring perdagangan bahari itu hingga menguasai urat nadi pelayaran antara Cina dan India.
Di Teluk Cengal dan Air Sugihan ditemukan kawasan permukiman kuno yang luas dan padat di daerah aliran Sungai Lumpur sampai ke aliran Sungai Jeruju. Kawasan permukiman itu diperkirakan berkembang sejak abad ke-8 sampai abad ke-10, periode dimana Kerajaan Sriwijaya menjadi penguasa atau maharaja maritim (thalassocracy) di Asia Tenggara.
Rangkuti melakukan penelitian arkeologi tersebut di pantai tenggara Sumatera di Provinsi Sumatera Selatan telah dilakukan di Air Sugihan dan Karangagung Tengah oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dan Balai Arkeologi Provinsi Sumatera Selatan (Balar Sumsel) sejak 1980 awal sampai sekarang. Hasil penelitian memberikan gambaran mengenai permukiman kuno sejak awal Masehi sampai berkembangnya Sriwijaya di Sumatera abad ke-7 hingga 13 Masehi di Air Sugihan.(den)