Radar Sriwijaya – Pembangunan light rail transit (LRT) Jakarta, Bogor, Bekasi, dan Depok (Jabodebek), kalah jauh dibandingkan proyek serupa di Palembang, Sumatera Utara (Sumut). Menurut Ketua Umum Masyarakat Transportasi Indonesia Danang Parikesit, proyek LRT Jabodebek itu terlambat karena persoalan adminitrasi.
“Awalnya itu kan yang mengerjakan Kementerian Perhubungan. Kemudian diberikan penugasan ke PT KAI. Kemudian yang menyebabkan lambat juga spesifikasinya. DKI juga membangun LRT di Kelapa Gading. Spesifikasinya sempat berbeda. Jadi, dua hal itu melambatkan progress-nya,” ujar Danang kepada INDOPOS, Senin (6/11).
Selain itu, imbuh Danang, kemampuan PT KAI dalam melakukan penggalangan dana terbatas. “Sangat menggantungkan penyertaan modal negara (PMN). Sementara PT KAI pada Desember nanti, harus membayar ke kontraktor Adhi Karya,” imbuhnya.
Menurutnya, proyek itu tidak boleh berhenti walaupun misalnya nanti ada penundaan pembayaran. “Namun jangan sampai Rp 8 atau 9 triliun. Itu akan membebani Adhi Karya. Karena itu harus diberikan pinjaman proyek atau investasi kepada KAI. Kalau untuk konstruksi itu penting, buat memberi peluang buat Adhi Karya supaya bisa napas,” jelas Danang.
Menurutnya, kucuran dana pembiayaan tidak mungkin cair dalam waktu dekat.Pasalnya, perbankan atau investor tentu harus melakukan due diligence (penilaian kinerja). “Paling cepat itu tiga bulan. Namun rata-rata enam bulan. Perusahaan atau investor tentu harus melakukan kelayakan. Kemudian ada proses negoisasi. Jadi tidak ujug-ujug memberikan pinjaman,” jelasnya. (den)