Radar Sriwijaya (OKI) – Masyarakat Desa Bumi Pratama Mandira sebelumnya sempat mengalami kesulitan paska pemutusan PHK karyawan menunjukan bahwa perusahaan hampir kolaps, kini sudah mulai bangkit dan mandiri.
Pasalnya, para petambak plasma kini secara mandiri mengelola tambak yang sebelumnya sempat terhenti meskipun masih banyak kendala yang dihadapi. Seperti masalah listrik sebagai alat pendukung budidaya untuk menghidupkan kincir air.
“Sebelumnya sudah dikasih tahu oleh pihak perusahaan. Jadi untuk sementara kami mengurangi jumlah bibit,” ucap Wahab (48) salah satu pembudidaya palsma tambak udang, ditemui di sela – sela kunjungan Bupati OKI H Iskandar SE, Rabu (22/11).
Biasanya menebar benih dengan adanya kincir bisa capai 200 ribu. Tapi kalau sekarang hanya sanggup 15ribu-30ribu karena tidak pakai kincir.
Lanjut Wahab yang sudah 20 tahun membudidaya udang ini awalnya mulai merasa ketakutan tak bisa membudidaya lagi. Namun setelah dipikir malah bisa lebih mandiri.
“Jadi kami bangkit dan kami mulai mengatur sendiri budidaya udang disini,” tambahnya.
Bahkan untuk penjualan udang, saat bisa diatur. Kalau sebelumnya untuk harga dan penjualannya diatur, Namun saat ini sudah seminggu sekali.
“Kami bisa jual ketika harga udang tinggi. Kalau udang murah kami sekarang bisa menunggu untuk menjual,” ucapnya.
Lanjut dia, untuk benih, pakan dan penjualan masih dengan pihak perusahaan. Bedanya sekarang kami bisa berinovasi sendiri dan mengatur tambak sendiri.
“Kalau untuk tambak memang milik perusahaan sedangkan untuk pengelolaan diserahkan kepada kami sendiri,” tambahnya.
Ditambahkan Martono, pembudidaya lainnya untuk harga benur di koperasi Rp43 perekor, dan pakan Rp11.500 per kilo. Sementara untuk harga Rp50ribu sama Rp56ribu perkilogram, untuk ukuran udang 10 gram perekor. Untuk ukuran udang yang bisa dijual bermacam dari ukuran 7 gram hingga 504 gram perekor.
“Kalau sekarang kita yang ngatur jualnya kapan. Kalau buntu kita jual ukuran kecil, kalau lagi ada pegangan uang bisa kita tunggu samapai udang lebih besar agar udangnya. Kalau dulu kita ngikuti jadwal dari perusahaan,” Ujarnya.
Sehingga untuk budidaya tambak udang, saat ini tidak begitu jadi masalah. Namun yang jadi masalah ialah listrik dan pelayanan kesehatan serta air bersih. Karena ketika perusahaan kolaps, tiga masalah tersebut tak bisa diatasi lagi.
“Dulu listrik siang malam hidup. Sekarang hanya malam. Air bersih ngalir sekarang air tergantung air hujan. Dulu ada balai pengobatan dari perusahaan tapi sekarang tidak ada lagi. Puskesdes sudah ada tapi saat ini belum dioperasi,” tambahnya.
Bupati OKI Iskandar SE saat kunjungannya telah menyerap aspirasi masyarakat. Untuk listrik akan segera dialiri. Pelayanan kesehatan akan diambil oleh pemerintah kabupaten.(den)