Radar Sriwijaya – Jika program penggunaan bahan bakar campuran minyak sawit hingga 20% yang dikenal dengan program B20 dijalankan secara penuh, Indonesia perkirakan bisa menghemat devisa hingga USD 5,5 miliar per tahun.
Untuk penerapan program B20, Indonesia sebenarnya sudah siap. Bahkan, implementasi program ini bisa dilakukan dalam dua hingga tiga bulan ke depan.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengatakan, pemerintah segera menerapkan teknologi B20 karena sudah memiliki regulasi Peraturan Presiden (Perpres) No. 24 Tahun 2016, tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2015 dan Peraturan Menteri ESDM. “Ini yang membuat program B20 bisa terlaksana,” katanya
Selain ramah lingkungan penerapan biodiesel ini bisa menghemat devisa negara. Apalagi sudah empat tahun neraca perdagangan Indonesia defisit. Terutama di bidang minyak dan gas yang enam bulan terakhir mencapai US$ 5,4 miliar. Adapun non migas surplus US$ 4,4 miliar. “Jadi, bisa dihitung, total defisit mencapai US$ 1 miliar lebih,” terangnya.
Pemerintah punya hitungan jika program B20 dilaksanakan sepenuhnya. Penghematan devisa bisa mencapai US$ 5,5 miliar per tahun. Selain itu, dampak positif yang langsung terlihat adalah harga minyak sawit (CPO) akan membaik sehingga bisa memperbaiki penghasilan para petani kelapa sawit. Bahkan untuk jangka panjang, ia bilang sudah ada investasi di negara-negara tertentu yang bisa membuat biodiesel bisa B100 dengan teknologi yang ada. (man)