Radar Sriwijaya – Selain mendukung tim kebanggaan berjuang pada Asian Games 2018, berbelanja di Bazar Asian Games yang berada di kawasan Jakabaring Sport City (JSC) Palembang menjadi salah satu kegemaran para turis untuk membeli oleh-oleh saat pulang ke negara masing-masing.
Namun karena terkendala bahasa sehingga transaksi jual beli di Bazar Asian Games harus menggunakan bahasa isyarat.
Salah satu pedagang souvenir di Bazar Asian Games JSC Palembang, Edi Marwan mengatakan, salah satu barang yang paling dicari para turis adalah souvenir dan makanan khas Palembang.
Sehingga pedagang souvenir dan makanan lokal diburu para turis baik yang sengaja datang untuk mendukung tim kebanggaan maupun para atlet dan official.
“Beberapa hari ini omzet penjualan terbilang besar. Apalagi pada hari libur maupun diakhir pekan,” ungkapnya saat dijumpai, Selasa (21/8/2018).
Lanjutnya ia menceritakan, memang bahasa menjadi kendala saat bertransaksi dengan turis atau orang asing. Karena antara pembeli dan pedagang sama-sama tidak bisa menggunakan bahasa internasional seperti bahasa Inggris dan Mandarin.
“Kadang turis datang sendirian tanpa didampingi penerjemah dan mereka tidak bisa bahasa internasional dan kami juga tidak bisa bahasa internasional. Jadi pilihan terakhir kita gunakan bahasa isyarat dalam transaksi jual beli,” ungkapnya.
Edi mengaku, komunikasi isyarat sendiri terbilang lebih rumit. Pasalnya banyak hal yang tak bisa diungkapkan saat bertransaksi.
Salah satu cara yang digunakan jika ada pembeli dari luar negeri, untuk memberitahu harga setiap barang kepada mereka melalui metode memperlihatkan nominal uang.
“Jika setuju maka mereka akan membayar dengan harga yang ditentukan. Namun, sulitnya jika mereka bertanya atau mencari sesuatu yang saya tidak tahu sehingga saya tunjukkan satu-satu hingga ketemu yang mereka cari,” paparnya.
Sementara itu, berbeda halnya dengan yang dialami pedagang baju Asian Games, Rizal Isnaini, baju bermotif ini sendiri hingga hari tiga pelaksanaan tidak begitu diminati.
Hingga saat ini turis hanya melihat-lihat saja dan jarang sekali membeli. “Biasanya masyarakat lokal luar palembang yang banyak membeli baju bermotif Asian Games. Untuk turis sendiri belum ada yang membeli, mungkin selesai mereka bertanding baru ada yang berminat membeli,” harapnya. (den)