Radar Sriwijaya (OKI – Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten OKI HM Lubis menerangkan, pihaknya sangat konsen terhadap pencegahan penyakit demam berdarah yang hingga saat ini mulai menyerang warga.
Menurutnya, saat ini jajaran Dinkes OKI aktif melakukan penatauan termasuk juga melakukan pemantauan di RSUD Kayuagung jika ada pasien yang terkena DBD.
Hal tersebut diungkapkan Lubis menanggapi tudingan dari pihak tertentu yang menilai Dinkes OKI melakukan pembiaran dan tidak ada upaya pencegahan penyakit DBD.
“Itu tidak benar, kalau ada kasus positif DBD maka kita lakukan PE radius 10 rumah dari tempat tinggal korban, dilakukan pemeriksaan jentik nyamuk, jika ada kasusnya maka akan dilakukan penyemprotan.” kata lubis kepada wartawan, Rabu (20/2/2019).
Menurutnya, penyemprotan atau Fogging dilakukan tidak bisa sembarangan, artinya jika tidak ditemukan kasusnya disuatu daerah, maka foging tidak dilakukan, sebab akan mubazir jika melakukan hal tersebut. Selain itu fogging hanya untuk membunuh nyamuk dewasa dan jika dalam 7 hari saja dibiarkan nyamuk tersebut akan mati sendiri. Namun yang terpenting bagaimana pertumbuhan jentik-jentik nyamuk ini dapat dihentikan.
“Ada aturannya, bisa aja anak tersebut digigit nyamuk saat berada disekolah, sehingga saat dicek disekitar rumahnya tidak ditemukan jentik nyamuk, saat ini yang terpenting bagaimana melakukan pencegahan.” katanya.
Menurut Lubis, sosialisasi yang dilakukan melalui masjid-masid dan gerakan jumat bersih termasuk kerjasama dengan jajaran TNI dalam menjaga kebersihan lingkungan adalah upaya yang dilakukan dalam pencegahan bahaya Demam Berdarah Dengue (DBD).
“Kita juga sudah bagikan bubuk abate, termasuk juga penyemprotan dan berbagai upaya pencegahan lainnya, jadi tidak benar adanya pembiaaran” katanya.
“Tentu untuk melakukan fogging sangat terbatas. Tidak bisa dilakukan secara massal. Kami setiap hari ke RSUD Kayuagung, tapi tidak terdeteksi kasus DBD. Hanya di Kelurahan Sukadana saja terdeteksi sehingga dilakukan fogging karena pasien DBD tinggal disana,” jelas Lubis.
Dia berharap warga dapat melakukan 3 M+ yakni mengubur barang bekas, menguras tempat penampungan air dan menutup tempat penampungan air plus menghindari gigitan nyamuk dengan tidur memakai kelambu dan obat nyamuk.
Sementara itu Penyakit DBD yang disebabkan gigitan nyamuk aedes aegypti itu sudah terjadi sejak beberapa bulan terakhir dengan menyerang didominasi anak-anak. Sebagian warga menggerutu dan mengeluhkan sikap pemerintah melalui media sosial karena tidak adanya action, namun tetap tak direspon pemerintah.
“Aneh juga pemerintah kabupaten OKI, dalam hal ini Dinkes OKI menyikapi merebaknya DBD ini. Masak, sudah dua bulan terakhir tidak ada tindakan. Apakah perlu ada korban baru pemerintah bertindak,” kata Sam, salah satu warga Kayuagung, Rabu (20/2).
Dia menilai Dinkes OKI terkesan melakukan pembiaran tanpa ada upaya kongkret melakukan aksi fogging dan penyebaran abate. Dia pun mempertanyakan apakah sudah banyak korban ataupun disebut kejadian luar biasa baru pemerintah mau bertindak.
“Apa pemerintah sudah bangkrut sehingga tidak ada anggaran untuk melakukan aksi fogging dan membagikan abate,” terangnya seraya berharap pemerintah lebih mawas diri dalam menyikapi kejadian mewabahnya DBD ini.(den)