Radar Sriwijaya (OKI) – Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) H Masherdata Musa’i meninjau SDN 2 Tanjung Alai, Kecamatan SP Padang Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) yang kondisinya terendam banjir dan tak kunjung surut, Jumat (22/2)
Usai melakukan peninjauan Kadisdik meminta kepada pihak sekolah untuk menghentikan sementara atau meliburkan para siswa sembari menunggu kondisi air surut kembali.
Pasalnya banjir yang disebabkan oleh curah hujan yang cukup tinggi ditambah dengan dibukanya trase pintu air pada box culvert proyek jalan tol Kayuagung – Palembang, membuat pemukiman masyarakat termasuk juga bangunan sekolah terendam.
“Menurut Kepala Dinas Pendidikan bahwa murid-murid terpaksa harus diliburkan sementara, sembari menunggu air surut, keputusan tersebut diambil agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diingingkan, ditakutkan banyak murid yang terserang penyakit lantaran dampak dari banjir tersebut,” Ujar salah satu guru SDN 2 Tanjung Alai, Hanan, pada saat menceritakan kunjungan yang dilakukan oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten OKI, Masherdata Musa’i, SH, M.Si.
Masih katanya, bahwa ruang kelas tidak bisa digunakan untuk proses belajar mengajar. Hal ini dikarenakan banjir yang terjadi malah semakin naik, semua ruang sekolah terendam banjir, termasuk dengan buku-buku yang ada di perpustakaan.
“Padahal buku tersebut baru saja didapat atas bantuan dari Pemerintah,” ungkapnya.
Hanan berharap semoga debit air dapat secepatnya menurun sehingga murid dan guruc SDN 2 Tanjung Alai, dapat kembali melakukan aktifitas belajar mengajar disekolah.
“Semoga secepatnya ada tindakan agar banjir cepat surut, sehingga murid dapat kembali bersekolah,” harapnya.
Sementara itu terpisah, Kabid TK dan SD, Romli, S.Pd, mengimbau bagi sekolah yang berada di dataran rendah atau rawan banjir, harus secepatnya mengantisipasi hal tersebut.
“Sebelum datangnya banjir selamatkanlah terlebih dahulu peralatan sekolah seperti buku-buku diperpustakaan ataupun mobiler sekolah lainya, jangan sampai ikut terendam oleh banjir,” katanya.
Selagi ruang kelas bisa dimanfaatkan atau sudah ada beberapa kelas yang tidak terendam banjir, proses belajar mengajar harus dilakukan lagi dengan cara menggilir murid agar ada yang masuk pagi dan siang.
“Kalau ada tempat seperti balai desa ataupun tempat yang lain yang memungkinkan untuk melakukan aktifitas belajar mengajar bisa juga dimanfaatkan, sehingga separuh murid menempati ruangan kelas yang sudah tidak terendam banjir dan separuhnya lagi di tempat tersebut,” jelasnya.(den)