Radar Sriwijaya (Yogyakarta) – Ikatan Keluarga Pantai Timur (IKAPATI) kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Yogyakarta menggelar buka bersama dan Sahur On The Road di sekretariat IKAPATI dan sepanjang jalan Malioboro berakhir di nol KM Kantor Pos pusat Yogyakarta, Sabtu – Minggu (18-19/05/2019).
Hadir di acara ini pelajar dan mahasiswa berbagai perguruan tinggi yang ada di Yogyakarta dari lima kecamatan Pantai Timur (kecamatan, Tulung Selapan, Sungai Menang, Air Sugihan, Cengal dan Pangkalan Lampan) dan sesepuh Pantai Timur yang tinggal di Yogyakarta. Diawali masak berlanjut buka bersama, sholat tarawih, dan diskusi tentang jaka pajang IKAPATI ke depannya.
Aji Pangestu ketua Panitia Buka Bersama dan Sahur On The Road IKAPATI mengatakan acara ini dilaksanakan memanfaatkan momentum bulan Ramadhan sebagai ajang silaturrahmi dan berbagi sahur atas sesama. Berbagi atas sesama direalisasikan dengan berbagi sahur di sepanjang Malioboro.
“Agenda Buka Bersama dan Sahur On The Road digelar juga bagian dari ikhtiar bersama pelajar dan mahasiswa Pantai Timur Yogyakarta memperjelas tujuan bersama membentuk perkumpulan yang bernama IKAPATI. Oleh karena itu diskusi menjadi rangkaian dari agenda ini dengan tujuan memperkuat alasan bersama mengapa harus membuat rumah bersama (organisasi),” jelasnya.
Dalam sesi diskusi Fakhrial Arjansi sesepuh IKAPATI Yogyakarta menjelaskan bahwa harus ada alasan bersama dalam mebentuk suatu perkumpulan. Dari alasan bersama itu kemudian bisa menjadi landasan merealisasikan cita – cita bersama atas berdirinya IKAPATI.
“Pentingnya gagasan bersama ini sebagai penguat tujuan besar organisasi ke depannya. Setelah alasan bersama itu disepakati barulah kita bicara kelengkapan organisasi seperti Visi, Misi, AD/ ART dan lain-lainnya,” jelasnya.
Lain hal yang disampaikan Alda Tanpalesi, menegaskan latar belangkang membuat rumah bersama harus dimasukan nilai-nilai kebudayaan lokal agar tidak terpisah dari identitas yang telah diwariskan oleh nenek moyang. Jika identitas kebudayaan menjadi semangat dalam bergerak bisa menjadi usaha bersama mempertahankan budaya lokal yang sudah ada.
“Bicara budaya tentu tidak terlepas dari etika dan moral kita dalam menjalani aktivitas sehari – hari. Kemudian nilai – nilai tersebut bisa diimplementasikan dalam setiap program kerja yang akan dilaksanakan ke depannya. Jika ini bisa berjalan tentu semangat utama dalam menjalankan roda organisasi berangkat dari kebudayaan yang telah kita miliki sehingga kita tidak tercerabut dari akar budaya Pantai Timur,” ucapnya.
Abulaka Archaida, sesepuh IKAPATI menekankan pada titik landasan utama berdirinya suatu komunitas harus berangkat dari cita-cita besar dan bersama. Cita-cita besar (visi) mesti ditopang jalan (misi) yang direalisasikan membangun kapasitas pengetahuan seluruh punggawa IKAPATI yang sudah tergabung.
“Cita-cita bersama harus dibuatkan grand desain agar mempermudah arah gerakan organisasi dalam menjalankan program kerja. Selain itu juga sebagai landasan pembagian peran memperdalam skill sesuai bidang masing-masing. Dari pembagian peran itu dijadikan modal utama dalam merealisasikan cita – cita besar IKPATI.
Diskusi bersama latar belakang pentingnya membuat komunitas berlangsung lebih kurang tiga jam berakhir pukul satu dini hari. Selesai diskusi agenda dilanjutkan Sahur On The Road sepanjang jalan Malioboro yang berakhir di titik nol KM Yogyakarta. Agenda selanjutnya tim perumus merealisasikan gagasan – gagasan yang disepakati dalam forum tersebut sebagai bekal menuju Musyawarah Anggota (Musyang) IKAPATI pertama. (rel/aa).