Radar Sriwijaya (OKI) – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ogan Komering Ilir (OKI), terus melestarikan Tradisi Midang (karnaval pakaian adat perkawinan) di Kota Kayuagung. Kegiatan yang merupakan warisan adat budaya dari Kota Kayuagung ini diselenggarakan setiap tahun.
Midang bebuke morge siwe yang setiap tahun dilaksanakan secara rutin ini dalam rangkaian perayaan hari raya idul fitri terutama pada hari ke 3-4 idul fitri, Kegiatan Midang menjadi agenda tahunan Dinas Pariwisata kabupaten OKI untuk mempertahankan adat istiadat tersebut dan menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat.
Seperti pada Hari Raya Idul Fitri 1440 H tahun 2019, kegiatan midang dibagi dalam dua hari dimana kelurahan yang mengikuti Midang Bebuke Morge Siwe pada hari ini, Jum’at (8/6/2019) yakni Kelurahan Sidakersa, Jua-Jua, Tanjung Rancing, Kayuagung Asli dan Kelurahan Kota Raya. Sedangkan pada esok harinya, Sabtu (9/6/2019), diikuti oleh Kelurahan Kedaton, Cinta Raja, Mangun Jaya, Paku, Sukadana dan Kelurahan Perigi.
Midang dalam istilah masyarakat kayuagung adalah sebuah kegiatan Karnaval berjalan kaki dengan menggunakan pakaian adat perkawinan masyarakat kayuagung, sedangkan bebuke artinya lebaran, awalnya midang ini ada pada abad 16 yang merupakan persyaratan untuk jemput mempelai perempuan oleh mempelai laki-laki. Atau masuk dalam adat istiadat perkawinan dan Seiring berjalannya waktu midang ini terus mengalami perkembangan dan mulai tahun 1954 telah dilaksanakan midang bebuke morge siwe.
Para peserta ini melakukan arak-arakan pakaian adat perkawinan “Mabang Handak” (adat perkawinan kayuagung,red), setidaknya ada 14 macam pakaian adat perkawinan, yang ditutup dengan pemusik tanjidor.
Ribuan peserta midang yang berasal dari 11 kelurahan dalam Kecamatan Kota Kayuagung selama dua hari memadati jalan-jalan protocol dan menyeberangi sungai Komering melalui jembatan yang menghubungkan Kelurahan Kotaraya dengan kelurahan Mangun jaya, dan melintasi di pendopo rumah dinas Bupati OKI hingga finish di kelurahan masing-masing.
Midang Morge siwe sendiri awalnya merupakan satu dari rangkaian adat perkawinan Mabang Handak (Burung Putih, Red) masyarakat Kayuagung pada masa itu, yang merupakan perkawinan dalam adat yang tertinggi di Morge Siwe (Sembilan Marga,red)
Dimana jika ada pasangan muda-mudi yang melangsungkan pernikahan maka salah satunya adalah dengan digelarnya midang yang pesertanya muda mudi berasal dari masyarakat sekitar dengan tujuan untuk memperkenalkan pada khalayak ramai, bahkan tak jarang saat kegiatan midang sedang berlangsung ada orang tua yang berminat untuk menjodohkan anaknya dengan salah seorang peserta.
Pantauan dilapangan, Kelurahan pertama yang tiba di pendopoan rumah dinas Bupati OKI yakni Kelurahan Tanjung Rancing yang merupakan kelurahan ke sebelas dan termuda setelah Kelurahan Cinta Raja. Kemudian disusul oleh peserta midang dari Kelurahan Jua-jua, Sidakersa, Mangun Jaya, Kayuagung Asli dan terakhir dari Kelurahan Kota Raya.
Bupati OKI, H. Iskandar, SE, yang diwakili oleh Sekda OKI, H. Husin, S.Pd, MM, mengatakan bahwa Pemkab OKI terus dan sangat konsen mendukung tradisi midang sebagai warisan tradisi budaya leluhur yang sangat mahal nilai karakteristiknya.
“Tradisi ini merupakan aset budaya yang sangat diperhatikan, disamping tradisi lainnya di Kabupaten OKI. Kondisi midang sampai saat ini masih sangat lestari bahkan berkembang menjadi wisata budaya,” jelasnya.
Sementara itu Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Kadisbudpar) Kabupaten OKI, Ir. ĹIfna Nurleila mengatakan, bahwa saat ini midang masih menjadi salah satu adat budaya yang bertahan dan dilestarikan di Kabupaten OKI.
“Adat arak-arakan ini sudah sejak lama dilakukan, para pelakunya adalah para muda-mudi dalam kelurahan. Dahulu midang dilakukan oleh muda-mudi yang kelurahannya ada hajatan pernikahan, kemudian untuk melestarikannya dikembangkan menjadi agenda tahunan pariwisata setiap tahunnya, tepatnya di setiap lebaran,” ujar dia.
“Midang ini sendiri juga menjadi event pariwisata nasional, yang artinya midang bukan hanya milik Kabupaten OKI saja tetapi sudah me njadi salah satu atraksi pariwisata yang terdaftar di Kementerian Pariwisata dan pernah juga ditampilkan di istana negara pada tahun 2007,” ungkapnya.(rel)