**Tidak ada kata sepakat, ancam akan turunkan massa lebih banyak
Radar Sriwijaya (OKU) – Ratusan masa yang tergabung dalam Forum mahasiswa dan masyarakat OKU kembali melakukan aksi unjuk rasa di halaman kantor bupati setempat, kamis (12/09/2019).
Kedatangan mereka mempertanyakan perihal pembongkaran sebagian ruangan RSUD Ibnu Sutowo Baturaja yang telah dilakukan sejak April 2018, namun sampai sekarang terbengkalai.
Ratusan massa aksi yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) OKU, Barisan Pemuda Lengkiti Bersatu (BPLB), serta Gerakan Rakyat dan Pemuda (Garda) OKU itu datang dengan menaiki mobil pick up dan konvoi sepeda motor.
Kedatangan mereka langsung disambut Asisten I Setda OKU Prayitno Darmadi, Kabag Humas dan Protokol Ferry Iswan, Sekretaris Dinas Kesehatan OKU Rozali, Humas RSUD Ibnu Sutowo Baturaja Turipno.
Koordinator Aksi, Jose Robert mengatakan, keberadaan RSUD Ibnu Sutowo Baturaja sangat diperlukan oleh masyarakat OKU, bahkan pasien dari kabupaten/kota serta provinsi tetangga juga banyak yang berobat kesana.
Ironisnya kata Jose, gara-gara ada wacana Pemkab OKU ingin membangun RSUD Ibnu Sutowo Baturaja menjadi lima lantai untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, akhirnya pemerintah daerah melalui instansi terkait melakukan pembongkaran terhadap sebagian bangunan di rumah sakit berplat merah tersebut.
“Yang ingin kita tanyakan kok bangunanya sudah dibongkar sejak 6 April 2018, namun sampai sekarang tidak sejengkal pun bangunan baru terlihat. Akibatnya, pelayanan di rumah sakit itu menjadi terganggu,” sesalnya.
Selain itu Jose juga mempertanyakan dari mana sumber dana untuk membongkar bangunan di RSUD Ibnu Sutowo Baturaja tersebut. Sebab diduga dana yang digunakan merupakan dana siluman.
Kemudian yang perlu dipertanyakan lagi adalah soal aset di RSUD Ibnu Sutowo Baturaja pasca dibongkar, karena diduga banyak hilang.
Sementara Ketua BPLB OKU, H Muslimin Djakfar menambahkan, beberapa waktu lalu ada warga di desanya yang mau melahirkan, namun karena baru bukaan pertama ditolak pihak RSUD Ibnu Sutowo Baturaja.
“Alasanya pihak rumah sakit saat itu adalah ruangan tidak ada, sehingga si pasien terpaksa ditolak,” ungkapnya.
Usai berorasi beberapa menit massa diajak Asisten I Setda OKU, Prayitno Darmadi untuk berdialog di dalam ruangan Abdi Praja. Namun massa menolak karena yang diizinkan masuk maksimal 20 orang.
“Kita ingin semuanya masuk atau pejabat berwenang saja yang keluar menemui kami,” tegas Jose Robert.
Mengingat tidak ditemui kata mufakat, massa akhirnya mencoba menerobos masuk dan sempat terjadi aksi dorong-dorongan dengan aparat Satpol PP dan Polres OKU.
Beruntung Kabag Ops Polres OKU, Kompol M Ginting piawai bernegoisasi, sehingga massa akhirnya membubarkan diri.
“Kami akan datang lagi dengan membawa massa yang lebih banyak,” kata Jose Robert (Diq)