Photo : Aksi Massa di Gedung DPRD OKI
**Massa juga Datangi DPRD OKI
Radar Sriwijaya (OKI) Sekitar 50 orang massa yang berasal dari Desa Pangkalan Lampam Kecamatan Pangkalan Lampam Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) didampingi oleh LSM Serikat Pemuda dan Masyarakat Sumatera Selatan (Sumsel) menggelar aksi damai di kantor Kejari Ogan Komering Ilir (OKI) dan Sekretariat DPRD Kabupaten OKI, Rabu (21/10/2020).
Kedatangan massa ini buntut dari proses hukum kasus yang menimpa salah satu oknum kepala desa di Kecamatan Pangkalan Lampam yang telah melakukan aksi penganiayaan terhadap Kepala BPD dan indikasi dugaan kasus korupsi.
Dimana kasus penganiayaan tersebut sudah selesai digelar di PN Kayuagung pada selasa (20/10/2020) kemarin. Dimana dalam kasus tersebut oknum kepala Desa Pangkalan Lampam Khoirul Anwar dituntut pidana penjara selama 1 bulan 15 hari oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) Kejari OKI dan diputus oleh majelis hakim dengan pidana penjara selama 1 bulan.
Hal inilah yang melatarbelakangi kekecewaan warga terutama korban yang merasa telah diberlakukan tidak adil dengan hukuman yang sangat ringan tersebut.
Koordinator aksi, Yovi Meitaha dalam orasinya meminta agar pihak Kejaksaan meninjau kembali hukuman yang diberikan kepada kades yang telah melakukan penganiayaan tersebut. Dia meminta agar pelaku dituntut serendah-rendahnya 2/3 dari ancaman Pasal 351 Ayat 1 KUHPidana.
Menurutnya, hukuman 1 bulan terhadap pelaku sangat tidak tepat. Bahkan, dalam hukuman itu oknum kades ini disebut Yovi tidak ditahan di dalam tahanan.
Dia juga menegaskan agar kasus dugaan korupsi dana desa yang dilakukan oleh kades ini kembali dilanjutkan. Pasalnya, menurut Yovi, perkara ini menjadi pemicu penganiayaan yang dilakukan oleh oknum kades ini kepada korban.
Dia menilai, adanya program Jaksa Sahabat Desa di Kabupaten OKI saat ini disinyalir menjadi pemicu korupsi para kades. Untuk itu, dia meminta agar program ini dihapuskan.
“Kajari diminta tegaskan program Jaksa Sahabat Desa yang diduga kuat adalah pemicu korupsi para kades, karena di backup oleh Jaksa Sahabat Desa. Maka, (Jaksa Sahabat Desa) harus dihapuskan atau dihentikan,” tegasnya.
Menanggapi tuntutan massa ini, Kasubbag Pembinaan Kejari OKI, Santoso mengungkapkan, dia akan segera menyampaikan tuntutan massa ini kepada Kepala Kejari OKI. Karena dalam kesempatan itu Kepala Kejari OKI, Ari Bintang Prakoso, sedang tidak berada di kantor.
Usai melakukan aksi damai di Kejari OKI, massa bergeser ke kantor DPRD OKI dan meminta agar dewan memberikan perlindungan hukum terhadap korban penganiayaan oleh oknum kades.
Selain itu, tuntutan lain yang disampaikan oleh massa ini yaitu meminta agar membuat surat untuk Kejaksaan Negeri OKI agar menghentikan program Kejaksaan Negeri Kabupaten Ogan Komering llir tentang Jaksa Sahabat Desa, dan menyampaikan tuntutan yang sama dengan yang disampaikan dalam aksi di kantor Kejari OKI sebelumnya.
Ketua DPRD OKI Abdiyanto Fikri SH MH bersama anggota DPRD OKI dan disampingi kelompak pakar dan tenaga ahli saat menerima perwakilan warga mengatakan, pihaknya akan menampung apa yang menjadi tuntutan warga.
Meski demikian sambungnya, DPRD secara kelembagaan akan menindaklanjuti hal tersebut sesuai dengan kewenangannya.
“Memang sudah menjadi hak warga negara untuk menyuarakan sesuatu yang dianggap tidak sesuai, Nanti akan kita rapatkan dan tentu akan kami tindaklanjuti sesuai dengan kewenangan.” Katanya.
Ketua DPRD juga menyarankan agar warga membuat laporan secara tertulis ke DPRD OKI, meskipun konteksnya bukan pada mengkoreksi tuntutan atau putusan pengadilan.
“Jadi bisa laporkan ke Jaksa Agung Bidang Pengawasan, atau juga kekomisi yudisial, termasuk juga ke LPSK bagi saksi korban.” Tukasnya.
Kasus penganiayaan ini masuk keranah hukum sejak mantan Ketua Badan Perwakilan Desa (BPD) desa setempat, Muhammad Irsan melaporkan Kepala Desa Pangkalan Lampam Kecamatan Pangkalan Lampam Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Khoirul Anwar kesentra pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polres Ogan Komering Ilir (OKI), Selasa (4/2/2020).