Photo : Sosialisasi Desa internet mandiri.
Tanjung Lubuk, (Radarsriwijaya.com),- Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ilir [Pemkab OKI] melalui Dinas Komunikasi dan Informatika mendorong pemberdayaan desa di wilayah ini dalam menyediakan akses teknologi informasi, termasuk menggunakan internet berbiaya murah bagi warga pedesaan.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten OKI, Alexander Bustomi, melalui Sekretaris Dinas Dodi Ariestanto mengatakan, ketersediaan jaringan internet menjadi faktor penting membangun ekosistem digital di desa. Sebab, saat ini kondisi desa berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya.
“(Jaringan internet) ini yang kami kira sangat membantu dan mendukung supaya desa-desa kita yang tadinya tertinggal dan sangat tertinggal bisa lebih cepat, lebih maju, lebih berkembang serta bisa mendorong secara terus-menerus pertumbuhan ekonomi yang ada di desa,” ungkapnya saat menggelar Focus Group Discusion (FGD) Desa Internet Mandiri di Kecamatan Tanjung Lubuk, Rabu (10/2).
Tantangan pemerataaan layanan akses digital di Ogan Komering Ilir, menurut Dodi, karena geografis wilayah serta terbatasnya peran pemda dalam penyediaan sarana dan prasarana pos dan telekomunikasi.
“Dan perlu diketahui bahwa pemerintah daerah tidak bisa membangunkan tower telekomunikasi untuk masyarakat, karena itu merupakan ranah bisnis telekomunikasi. Namun kita bisa menginisiasi dan mendorong provider untuk membangun itu dengan perhitungan dan pertimbangan bisnis mereka,” terang dia.
Internet desa mandiri, menurut Dody, salah satu solusi yang ditawarkan Pemkab OKI. Untuk mewujudkan pemerataan layanan digital, Pemkab OKI menggandeng Asosiasi Penyelenggaran Jasa Internet Indonesia (APJII) Sumatera Selatan selaku asosiasi resmi yang akan membantu membuka akses internet di wilayah blank spot melalui program desa internet mandiri.
Ketua APJII Sumsel Sony Oktapriandi mengungkapkan, sejak tahun 2020 lalu secara nasional program internet desa mandiri telah menyasar desa-desa daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). “Secara nasional program ini sudah dimulai sejak tahun 2020. Target kami desa-desa yang memang termasuk daerah 3T, susah mengakses,” ujar dia.
Sony menjelaskan, tiga alternatif teknologi yang digunakan APJII untuk menyediakan jaringan internet antara lain melalui kabel serat optik, radio sinyal dan satelit. “Tergantung pada kondisi wilayah desa. Jika telah ada tower telekomunikasi atau tiang listik saja bisa melalui serat optik, juga radio suar sinyal. Untuk wilayah blank spot memakai teknolongi satelit,” terang dia.
Terkait pembiayaan, jelas Sony, penyediaan jasa internet ini merupakan investasi bagi desa untuk mengembangkan Badan Usaha Unit Desa (BUMDes).
“Kalau kita lihat sekarang setiap desa punya dana desa dan dapat APBD. Nah, ini bisa dialokasikan ke BUMDes untuk membangun infrastruktur internet di desa-desa,” ujar dia.
Dengan kemandirian internet desa ini, tambah dia, desa akan mendapatkan akses internet (wifi) yang akan membantu ekosistem desa memproduksi hasil unggulannya agar masuk pada pasar global. Begitu juga potensi pariwisata di desa yang sangat strategis bisa dipromosikan dengan baik dan berkembang sampai ke pasar global jika dibantu dengan infrastruktur digital yang masif.
“Saya kira ini juga sangat berkesesuaian dengan visi Pak Bupati, membangun infrastruktur telekomunikasi di desa atau tol langit dan seterusnya, itu sangat membantu desa-desa kita di seluruh OKI,” pungkas dia