Radar Sriwijaya, – Di pagi hari yang selalu berkabut pada akhir pekan ini tidak mengurungkan niat para pedagang kaki lima di sepanjang jalan UIN RADEN FATAH PALEMBANG untuk mencari buih-buih kehidupan. Dengan teriknya sinar sang surya yang masih bisa menembus tebalnya kabut asap membuat pedagang-pedagang ini berlumuran keringat.
Ada salah satu pedagang yang membuat mataku tertuju dan merasakan kobaran api semangatnya yang membara. Melihat tubuhnya yang rentan, tetapi semua itu bukan penghalang. Sujari namanya, kelahiran tahun 1941 yang kini berusia 82 tahun.
Sujari berdagang rujak buah-buahan sejak tahun 1970 dengan mendorong gerobak berkeliling mana saja. Mungkin dengan usianya yang kini semakin menua, Sujari pun tak sanggup lagi untuk berkeliling dan memutuskan menetap di UIN RADEN FATAH PALEMBANG.
“Abis dulu kerja bangunan gaji dua puluh lima ribu ngadukin semen. Macem-macem, jual rokok bungkus, Model, apa aja di kerjain dulu,” ujarnya.
Sujari mempunyai anak-anak yang jauh merantau, sehingga ia hanya tinggal berdua dengan istrinya.
“Jam sembilan keluar, kalo pulang ga nentu yang penting jam 5 udah pulang, soalnya udah mulai gelap juga,” Kata Sujari
jika buah-buah dipasaran mahal, Sujari hanya menjual buah-buah yang menurutnya masih dengan harga yang terjangkau.
“Sehari ga nentu penghasilan, kalo lagi rame bisa sampe 100 kalo lagi kaya gini mah ya ga sampe,” Keluh Sujari.
Sujari hanya berharap bahwa setiap harinya bisa habis terjual dan ia selalu sehat agar bisa menghidupi dirinya dan istri.
penulis: Anjani N. Al Sannia